Friday, June 22, 2012

Manusia dan Bencana Gunung Merapi, Sebuah Kajian Antropologi

Sumberdaya alam berkorelasi dengan pembangunan ekonomi, dan dengan hampir 200 juta penduduk, merupakan modal ekonomi utama Indonesia. Salah satu sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia adalah gunung berapi aktif, yang lebih banyak menguntungkan dari pada merugikan. Debu gunung berapai aktif, tidak hanya membawa kesuburan bagi daerah yang berada disekitarnya, tetapi juga daerah-daerah lain yang berjauhan. Selain itu gunung berapi aktif juga merupakan aquifer yang bai karena tingkat permeability dari bahan-bahan erupsi yang tinggi, dan reliefnya yang tinggi dapat berperan sebagai kondensasi yang menghasilkan crah hujan yang lebat. Oleh karenanya jika gunung berapi dapat dikendalika, dapat pla sebagai penghasil energy panas bumi.
Disamping bencana, gunung merapi di jawa merupakan sumber kehidupan, serta erat kaitannya dengan sejulah peristiwa yang pernah terjadi dimasa lampau. Sepanjang sejarah di jawa, gunung-gunung berapi telah menjadi sumber kehidupan, dan memberikan kesuburan tanah bagi daerah-daerah disetarnya. Namun disisi lain, gunung berapi juga sumber kematian karena gas beracun, awan panas, lahar dan banjir lumpur.

Jika di telaah lebih lanjut berbagai masalah yang dihadapi penduduk Turgo yang terletak berbatasan dengan Plawangan Kaliurang, merupakan proses adaptasi kebijaksanaan yang pernah ditetapkan oleh pemerintah colonial Hindia Belanda. Pemerintah colonial melarang penduduk untuk bertempat tinggal dan mengolah tanah hutan di lereng Merapi, karena kawasan tersebut ditetapkan sebagai hutan lindung.

Upaya pemindahan penduduk dari kawasan yang rawan bencana gunung merapi ke suatu lokasi tertentu melalui program relokasi yang letaknya jauh dari tempat tinggal semula, ternyata tidak mudah dilakukan, karena dalam persepsi penduduk yang bertempat tinggal di lereng merapi, bukan hanya merupakan sumber bencana tetapi juga membawa berkah dalam kehidpan mereka. Selain itu, para penduduk di kawasan berbahaya senderung perpendapat bahwa pindah kelokasi lain lebih banyak dukanya daripada tetap tinggal di desanya walaupun ada ancamam letusan merapi. Dalam benak mereka, andaikata terpaksa harus mati karena awan panas, semua itu semata-mata adalah bencana dan takdir.

Berbagai aspek kehidupan yang menyatu dengan alam gunung merapai yang telah mereka warisi secara turun temurun, terpaksa harus diubah melali suatu proses adaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, relokasi daerah tempat tinggal akan meninggalkan permasalah lain, terutama menyangkut lahan dan tempat tinggal mereka yang selama ini telah menghidupinya. Berbagai masalah yang timbul bukan hanya berkaitan dengan keyakinan para warga bahwa program relokasi adalah pilihan yang tepat, tetapi juha berkaitan dengan lapangan pekerjaan, pendidikan, adaptasi dengan lingkungan baru, status tanah yang ditinggalkan dan sebagainya. Gunung merapi yang terletak sekitar 30 km di utara kota Yogyakarta, berada pada ketinggian kurang lebih 2.968 meter dari permukaan air laut. Diantara 129 gunung berapi yang aktif di dunia, Merapi merukan gunung berapi yang paling unik. Keunikan gunung merapi terletak pada penmpukan lava pijar mencapai 800 derajat yang adakalanya meluncur menjadi guguran. Dalam volume yang besar, guguran tersebut dapat berubah enjadi awan panas. Selain itu, adalakanya setiap kali terjadi letusan, terjadi penyimpangan arah, seperti pada letusan 22 November 1994. Semula, guguran lava selalu mengarah kea rah barat-daya, tetapi pada tanggal tersebut letusan mengarak kearah selatan. Sebagai akibatnya, kawasan lereng merapi yang dinyatakan daerah terlarang dan berbahaya juga berubah.

0 komentar:

Post a Comment

Komentar