Monday, June 4, 2012

Konsep Kebahagiaan dan Kesengsaraan

Masalah kebahagiaan dan kesengsaraan adalah masalah kemanusiaan yang paling hakiki. Sebab tujuan hidup manusia tak lain adalah memperoleh kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan. Semua ajaran, baik yang bersifat keagamaan dan yang bersifat keduniaan semata menjanjikan kebahagiaan bagi para pengikutnya dan mengancam para penentangnya dengan kesengsaraan.

Gambaran tentang wujud kebahadiaan dan kesengsaraan itu sangat beraneka ragam. Namun semua ajaran dan ideology selalu menegaskan bahwa kebahagiaan yang dijanjikannya atau kesengsaraan yang diancamkannya adalah jenis yang paling sejati dan abadi.
Dalam agama-agama, gambaran tentang wujud kebahagiaan dan kesengsaraan itu dinyatakan dalam konsep-konsep tentang kehidupan  di surga dan di neraka. Meskipun ilustrasi tentang surge dan neraka itu berbeda-beda, namun semuanya menunjukan adanya keyakinan yang pasti tentang pengalaman kebahagiaan atau kesengsaraan dalam hidup manusia.

Sebagian agama  mengajarkan konsep kebahagiaan dan kesengsaraan ruhani semata, dan agama-agama itu menilai bahwa kehidupan jasmani adalah kesengsaraan karena sifatnya yang membelenggu sukma manusia. Kebahagiaan hanya diperoleh dengan tindakan dan perilaku meninggalkan dunia dan orientasi hidup yang mengarah pada kehidupan ruhani semata.

Islam mengajarkan konsep kebahagiaan, kebahagiaan dan kesengsaraan jasmani dan ruhani atau duniawi dan ukhrawi, namun tetap membedakan antara keduanya. Dalam islam seseorang dianjurkan mengejar kebahagiaan di akherat, namun diingatkan agar jangan melupakan nasibnya dalam hidup di dunia. Itu berarti memperoleh kebahagiaan akherat belum tentun dan tidak dengan sendirinya memperoleh kebahagiaan di  dunia. Sebaliknya, orang yang mengalami kebahagiaan duniawi, belum tantu akan mendapatkan kebahagiaan di akherat yang merupakan kebahagiaan sejati dan abadi. Maka manusia didorong untuk mengejar kedua bentuk kebahagiaan itu, serta berusaha menghindar dari penderitaan lahir dan batin. Meskipun begitu, banyak pula dijanjikan kehidupan yang bahagia di dunia dan akherat sekaligus bagi mereka yang beriman dan berbuat baik. Kahidupan yang bahagia di dunia menjadi semacam pendahuluan bagi kehidupan yang lebih bahagia di akherat. Demikian halnya dengan masalah kesengsaraan, orang yang ingkar kepada kebenaran dan berbuat jahat diancam dengan kesengsaraan didunia ini sebelum kesengsaraan yang lebih besar di akherat kelak. Kesimpulannya, kejar duniamu seakan-akan hidup selamanya, dan kejar akheratmu seakan esok hari manutup mata selamanya.


0 komentar:

Post a Comment

Komentar